Kerumunan air mata menitis bisu
Runtun jiwa melihat teresaknya si ibu
Hiba seketika memujuk sendu
Titis air bukan saja dari mata
Awan juga punya rasa yang sama
Tanda kesedihan bukan hanya pada kita
Bolehkah aku percaya, ini realitinya?
Bukan aku saja yang rasa, tapi puluh, lebih, ratus, tak terkira.
Dingin tanganku mempercayainya.
Ini ucapan biasa yang ku mahu ucapkan;
Bersemadilah wahai kawan,
Moga tenang kau disana.
Ku tahu,
Tuhan lebih menyayangimu.
Namun.
Jelas.
Kau buat ku cemburu.
Al-fatihah buat Mohamad Izabani bin Kamaruddin (1989 - 4 Jan 2015)
"Jika engkau dan aku lihat pada bulan, sesungguhnya kita melihat pada bulan yang sama dan aku namakan ia BULAN KITA. Dan jika engkau dan aku lihat pada puisiku ini, ku harap engkau dapat rasa yang sama apa yang ku rasa agar dapat kunamakan ia PUISI KITA"
Langgan:
Catatan (Atom)
Tidur
Malam semakin gelita Pagi semakin menghampiri Mata semakin layu keletihan Tak tertahan lagi badan Terhampar atas katil tebal Cuba lupa kan y...
-
Malam semakin gelita Pagi semakin menghampiri Mata semakin layu keletihan Tak tertahan lagi badan Terhampar atas katil tebal Cuba lupa kan y...
-
Aku menipu pada diriku sendiri. Selalu menyerlahkan rasa kuat, Tapi sebenarnya lemah. Di saat aku selalu tersenyum, Tapi sebenarnya aku seri...
-
Tiga puluh dihitung dalam diam Tak terasa sepi walau dipendam Jalan berliku terasa sungguh kelam Bila mana hati kau simpan dalam Tiga puluh ...